Suara mesin cuci dan harum pewangi pakaian memenuhi ruang depan berukuran 3 x 3 meter persegi. Dua orang datang seraya membawa setumpuk pakaian kotor yang dimuat dalam dua kantong plastik. Seorang perempuan siap melayani untuk menimbang berat cucian, "Lima kilo Teh. Dihitung dulu jumlah pakaiannya."
Selesai menghitung, dua orang tadi mendapat tanda bukti untuk mengambil hasil cucian. Begitulah aktivitas sehari-hari di laundry kiloan (penatu) Balarea yang selalu ramai.
Berawal dari keinginan Kris untuk memiliki bisnis yang diharapkan selalu ramai sepanjang tahun tanpa mengenal musim, dia terpikir untuk memulai usaha laundry . "Karena orang akan selalu butuh pakaian bersih dan ingin yang praktis di sela-sela kesibukannya," ungkapnya.
Dari keyakinan itulah mantap memulai usaha ini dengan bermodalkan sebuah mesin cuci dan pengering hasil kredit. Setelah dirintis di tahun 2010, pada Januari 2011 hadirlah Balarea dengan motonya "bersih, wangi handal ekonomis". Nama Balarea sengaja dipilihnya karena dianggap eye catching dan mudah diingat.
penatu dengan konsep laundry kiloan / cuci kiloan sengaja dipilih karena ingin menjangkau seluruh kalangan konsumen. "Sebab laundry-laundry yang banyak hadir saat itu hanya menawarkan cuci pakaian yang harganya dihitung per potong," akunya.
Barang yang dipenatukan biasanya pakaian-pakaian mewah dengan bahan yang perlu perlakuan khusus. Ibu-ibu rumah tangga yang juga sibuk bekerja menjadi segmen incarannya saat itu. Lokasi di sekitar kompleks perumahan pun sengaja dipilihnya. Namun, tanggapan masyarakat saat itu, diakui Dini, masih banyak yang melihatnya dengan sebelah mata. "Mereka pikir untuk apa mencucikan baju kepada kita. Mereka khawatir pakaiannya dicampur dengan cucian konsumen lain," kenangnya.
Awalnya memang sulit meyakinkan masyarakat akan kehadiran usahanya ini. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan bukti pelayanan yang diberikan, lama-kelamaan pelanggan laundry kiloan Balarea mulai banyak.
**
Saat awal Balarea muncul, begitu banyak keluhan yang datang dari konsumen. Baik berupa ketidakpuasan dengan hasil cucian, maupun soal rusak atau hilangnya pakaian. Belajar dari pengalaman itulah, perlahan Kris berhasil menemukan formula ampuh untuk memuaskan keinginan konsumennya.
Prosedur standar yang diberikan kepada tiap konsumen yang datang ialah dengan mengajak mereka turut mengamati proses penimbangan cucian yang dibawanya. Kemudian konsumen dan seorang karyawan akan sama-sama menghitung banyaknya pakaian yang akan dicuci. Hal ini tidak mutlak dilakukan karena banyak konsumen yang enggan melakukannya. Jika sudah demikian, risiko kehilangan barang akan ditanggung oleh konsumen sendiri.
Selanjutnya, tiap-tiap potong cucian akan diidentifikasi berdasarkan nama si pelanggan dengan tujuan menghindari tertukarnya pakaian. Upaya tersebut merupakan antisipasi tambahan karena tiap order yang masuk akan diproses dalam mesin terpisah.
Ada tiga paket yang ditawarkan Balarea untuk para konsumen. Paket cuci dan setrika, hanya cuci, setrika saja, dan keringkan saja. Umumnya order cuci baru beres dan diambil setelah dua hari. Namun, ada juga tawaran paket ekspres yang memungkinkan cucian beres diproses dan langsung diambil hanya empat jam setelah order masuk. Untuk paket ini, uang yang harus dirogoh konsumen tentunya lebih banyak.
Pelayanan yang maksimal diakui Kris sebagai kunci utama yang berhasil membuat bisnisnya tumbuh dengan pesat. Saat ini outlet Balarea yang berlokasi di Jln Kubang Utara, Sekeloa Bandung menerima order cucian hingga 20 kg setiap harinya. Jumlah itu belum termasuk permintaan mencucikan karpet dan bedcover.
Dalam sebulan, dibutuhkan sedikitnya 40 kg detergen yang diproduksi sendiri. "Merek yang ada di pasaran hasilnya kurang memuaskan sehingga kami meracik sendiri formulanya," tuturnya.
Tak hanya konsumen perseorangan, Balarea juga melayani order dari beberapa hotel dan spa di Bandung yang telah menjalin kerja sama. Secara rutin dilakukan promosi melalui media lokal dan nasional. Kerja sama dengan beberapa perusahaan pun dijalin dengan tujuan menjaring lebih banyak konsumen.
Dalam menjalankan usaha ini, Kris memiliki sebuah misi khusus. Ia ingin menyebarkan pola hidup yang lebih efisien di masyarakat melalui usaha laundry kiloan ini. Menurut dia, misi ini hampir terwujud seiring dengan makin maraknya usaha sejenis. Karenanya, Dini tak menganggap kehadiran para pesaing sebagai ancaman, melainkan sebagai mitra yang dapat membantu terwujudnya misi itu.
Misi yang diemban Kris bisa jadi mulai terbukti. Saat ini bisnis laundry kiloan menjamur hampir di setiap sudut Kota Bandung. Contohnya Pondok Cuci di Jln. Dipati Ukur Kota Bandung yang ada sejak tahun 2004.
Ali, sang pemilik Pondok Cuci melihat ada celah bisnis karena kebutuhan masyarakat akan jasa cuci yang mendesak. "Masyarakat perlu yang cepat dan murah. Soalnya mereka ingin efisien waktu, biaya, dan tenaga. Bila mereka mencuci sendiri, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk detergen, pewangi, air, dan listrik?" kata Ali.
Pondok Cuci menerima pelanggan yang terdiri dari mahasiswa, karyawan, dan rumah tangga. Dalam sehari konsumen yang datang ke Pondok Cuci sebanyak 40 -60 pelanggan, dengan berat cucian sampai 60 kg. Mereka menjamin dalam sehari pakaian bisa selesai dan siap diambil. "Pelanggan yang datang rata-rata membawa segala jenis pakaian kotor, bahkan sampai pakaian dalam, selain itu selimut, bedcover, seprei, karpet, tas, dan sepatu. Mereka datang dan hanya mau tahu bersih dan rapi," jelas Ali.
Pondok Cuci memiliki lima mesin cuci dan empat mesin pengering dengan tujuh orang karyawan untuk mencuci dan menyetrika. Mereka berkomitmen untuk memberikan pelayanan, satu mesin cuci untuk satu orang, jadi pakaian tidak akan tercampur. Proses mencuci dilihat dari tingkat kesulitan noda, apabila noda sulit dibersihkan akan ada proses rendam dulu, setelah itu baru masuk mesin cuci, dikeringkan, dan disetrika.
"Keluhan yang paling banyak adalah masalah pakaian yang luntur dan kurang bersih. Makanya sekarang untuk mengantisipasi itu, kami selalu menanyakan ada pakaian yang luntur atau tidak, kalau soal bersih itu relatif. Jika pakaian tertukar atau hilang belum pernah, jangan sampai lah," tutur Ali.
Tarif mencuci yang berlaku di Pondok Cuci terjangkau untuk semua kalangan, terutama untuk mahasiswa. "Bisnis laundry kiloan ini makin banyak saingan, tapi perputaran uangnya bagus, pelanggan kami bertambah tiap bulannya. Omzetnya mencapai Rp 25 sampai Rp 30 juta. Di sekitar Dipati Ukur ada 20-an jenis usaha yang sama, kalau kami promosinya dari mulut ke mulut saja. Ramainya kalau tahun ajaran baru dan habis Lebaran, soalnya pembantu pada mudik," ujar Ali.
Demam bisnis laundry kiloan merebak juga hingga ke Jatinangor. Di daerah yang ramai dengan keberadaan beberapa perguruan tinggi ini, para mahasiswa menjadi segmen utama yang dibidik. Sudah ada puluhan usaha sejenis yang dijalankan secara rumahan dengan ciri khasnya masing-masing.
Laundry dengan sistem cuci kiloan sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Bedanya dengan yang ada di Bandung, hanya dari segi harga. Rata-rata harga cuci dan setrika pakaian di penatu ini berkisar Rp 4.000,00-4.500,00/kg. "Pasang harga segitu karena mahasiswa inginnya kualitas yang baik, tapi dengan harga murah," kata pengelola Warwash, Saptono Budianto.
Ada juga laundry yang menerapkan sistem harga berbeda. Washing Clean adalah jasa laundry yang menerapkan sistem ini. Cucian yang masuk disortir tiap helainya. Masing-masing item dibanderol dengan harga yang berbeda. Sehelai kaus Rp 500,00, Rp 800,00 untuk kemeja lengan pendek, sedangkan yang lengan panjang Rp 1.200,00. "Penentuan harga tiap jenis barang yang masuk berdasarkan berat dan tingkat kesulitan pencuciannya," ungkap Iin, karyawan Washing Clean.
Tak hanya pakaian, segala macam barang semisal karpet, ransel, topi, sepatu, dan boneka pun dapat dicuci di sini. "Harga dijamin lebih murah dibanding laundry lain," janji Iin.
Konsep lain yang coba diterapkan laundry lain adalah sistem perentalan mesin cuci. Seperti halnya yang diterapkan Zeindhika. Iim Kusmiatin, sang pengelola, menyediakan empat mesin cuci berkapasitas 8 kg untuk direntalkan kepada pengguna. Satu jamnya harus membayar Rp 4.500,00. Pengguna harus membawa sendiri detergen dan pewangi yang akan dipakainya.
0 komentar:
Posting Komentar